Apa Itu Citra Satelit dan Bagaimana Memperolehnya?

Kayaknya di saat sekarang ini, saya menyakini sebagian besar dari kita pernah menggunakan atau setidaknya mengetahui apa itu Google Earth, lebih-lebih lagi memakai Google Maps yang selalu otomatis ada pada setiap smartphone dengan sistem operasi Android, dan menjadi andalan ketika mencari lokasi yang tidak kita ketahui.

Seiring dengan intensitas penggunaan Google Earth dan juga Google Maps yang semakin sering kita gunakan, saya memperkirakan bahwa banyak diantara kita mulai penasaran dengan data yang berada pada Google Earth dan juga Google Maps (dalam mode Satellite), yang memperlihatkan kondisi nyata objek-objek di permukaan bumi yang tampak dari atas.

Foto-foto tersebut diperoleh dari mana?, kok bisa mengambil tampilan rumah saya, rumah Anda, kantor desa dimana tempat Anda tinggal, sawah milik kakek dan nenek Anda, dan beragam objek lainnya yang benar-benar nyata berada di permukaan bumi.

Untuk menghilangkan rasa penasaran Anda, maka saya telah membuat tulisan mengenai hal tersebut. Silahkan membaca sampai dengan akhir, sambil ditemani dengan secangkir kopi dan pisang goreng hangat. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

 ***

Pengertian Citra Satelit

Kenampakan beragam objek yang berada di permukaan bumi yang terlihat dari atas yang terdapat di Google Earth dan juga Google Maps, sebagian besarnya dicakup oleh data yang bernama citra satelit dan sebagian kecilnya oleh foto udara. Untuk wilayah di Indonesia sendiri, seluruh wilayahnya diliputi oleh citra satelit.

Lalu apa itu citra satelit?. Citra satelit adalah gambaran permukaan bumi yang direkam oleh wahana penginderaan jauh berupa satelit yang beroperasi di ruang angkasa, yang berjarak ratusan kilometer dari permukaan bumi.

Pembahasan citra satelit pada tulisan ini dibatasi hanya untuk data yang dihasilkan oleh satelit observasi bumi atau biasa juga disebut dengan satelit sumber daya alam, berhubung terdapat satelit sistem penginderaan jauh yang menghasilkan citra permukaan planet lain, seperti contohnya Satelit Venera dari Rusia yang mempunyai misi merekam kenampakan permukaan Planet Venus, ataupun jenis satelit sistem penginderaan jauh lainnya yang tidak merekam objek-objek yang ada di permukaan bumi.

Lalu mengapa namanya citra satelit dan bukan foto satelit atau gambar satelit?, dan apa bedanya dengan foto udara?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita harus mengetahui dahulu definisi citra dan juga foto.

Berdasarkan situs Wikipedia, citra memiliki pengertian sebagai kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu bentuk tiruan dari sebuah objek, utamanya objek fisik dan manusia. Citra dapat berwujud gambar (picture) dua dimensi seperti foto, lukisan, dan dapat juga dalam tampilan tiga dimensi seperti patung.

Dari pengertian di atas, kita dapat mengetahui bahwa makna citra sangatlah luas, dengan foto termasuk ke dalamnya.

Selanjutnya kita beralih menuju pengertian foto. Foto (dengan kembali berdasarkan situs Wikipedia), merupakan gambar diam baik berwarna maupun hitam-putih yang dihasilkan oleh kamera yang merekam suatu objek atau kejadian atau keadaan pada suatu waktu tertentu.

Dari arti kata foto di atas, kita mendapati bahwa sebuah foto dihasilkan dari penggunaan kamera, sedangkan citra satelit yang diperoleh satelit observasi bumi saat in hampir sebagian besar menggunakan sensor dengan cara kerja elektro-optik yang mengkombinasikan prinsip-prinsip fisika optik dengan mekanisme piranti elektronik.

Oleh karena alasan tersebut, penggunaan frasa citra satelit lebih cocok dibandingkan foto satelit.

Selanjutnya mari beranjak ke pertanyaan apa perbedaan antara foto udara dengan citra satelit. Dari pembahasan terkait penggunaan frasa citra satelit ketimbang foto satelit, saya kira Anda sudah dapat memperkirakan perbedaan antara foto udara dan citra satelit.

Yap, sesuai dengan pembahasan sebelumnya, foto udara didapatkan dari hasil perekaman wahana penginderaan jauh yang beroperasi di udara dengan menggunakan sensor kamera. Wahana yang biasa digunakan untuk menghasilkan foto udara ini yakni pesawat terbang, serta yang sekarang sedang ngetren adalah penggunaan drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pada zaman dulu, untuk menghasilkan foto udara banyak digunakan wahana balon udara, layang-layang, bahkan burung merpati.

Citra Satelit dari Satelit Sensor Pasif

Citra satelit yang digunakan pada Google Earth dan juga Google Maps merupakan hasil perekaman satelit observasi bumi yang menggunakan sumber tenaga alami yang berasal dari sinar matahari.

Satelit tersebut memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari yang berhasil “menembus” atmosfer dan diteruskan hingga mengenai objek-objek di permukaan bumi.

Sesuai dengan asas kekekalan energi, maka terdapat tiga interaksi yang dilakukan objek-objek di permukaan bumi terhadap gelombang elektromagnetik tersebut, yaitu memantulkan (refleksi), menyerap (absorpsi), atau meneruskan (transmisi). Berhubung sensor wahana satelit berada pada jarak yang jauh dari permukaan bumi, maka interaksi yang diperlukan utamanya yaitu pantulan dari objek-objek tersebut, yang nantinya akan ditangkap oleh sensor pada satelit.

Penggunaan sumber tenaga yang berasal di luar wahana satelit itu sendiri biasa diistilahkan dengan satelit sensor pasif, karena sensor tidak mengeluarkan sumber tenaga sendiri dan mengandalkan sinar matahari yang tersedia hanya di siang hari.

Pada saat sekarang ini, terdapat klasifikasi data citra satelit dari hasil perekaman satelit sensor pasif, terutamanya berdasarkan tingkat resolusi spasial yang dihasilkannya, yaitu sebagai berikut:

·         Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi

Citra satelit yang termasuk dalam kategori ini yaitu citra satelit yang memiliki resolusi spasial di bawah 1 meter.

Contoh untuk citra satelit resolusi sangat tinggi diantaranya yakni Pleiades-1A (resolusi spasial 0.5 meter), Pleiades-1B (0.5 meter), GeoEye-1 (0.46 meter pada posisi nadir), WorldView-3 (0.31 meter pada posisi nadir), WorldView-4 (0.31 meter pada posisi nadir), Pleiades Neo (0.3 meter), WorldView Legion (0.3 meter), dan banyak lainnya.

Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi

Citra Satelit WorldView-3 Masjid Agung Aljazair

(Image Copyright: Maxar Technologies; Courtesy of ESA)

 

Citra Satelit Resolusi Tinggi

Citra satelit yang termasuk dalam kategori ini yaitu citra satelit yang memiliki resolusi spasial antara 1 hingga 6 meter.

 

Contoh untuk citra satelit resolusi tinggi diantaranya yakni SPOT-7 (resolusi spasial 1.5 meter), SPOT-6 (1.5 meter), SPOT-5 (2.5 meter), ALOS PRISM (2.5 meter), Planet Scope (3 meter), RapidEye (5 meter), serta banyak lainnya.

 

Citra Satelit Resolusi Menengah

Citra satelit yang termasuk dalam kategori ini yaitu citra satelit yang memiliki resolusi spasial di atas 6 meter hingga 15 meter.

Contoh untuk citra satelit resolusi menengah diantaranya yakni ALOS AVNIR-2 (resolusi spasial 10 meter), Sentinel-2A (10 meter), Landsat 7 (15 meter), Landsat 8 (15 meter), serta banyak lainnya. 

Citra Satelit Resolusi Rendah

Citra satelit yang termasuk dalam kategori ini yaitu citra satelit yang memiliki resolusi spasial di atas 15 meter.

Contoh untuk citra satelit resolusi rendah diantaranya yakni SPOT 4 (resolusi spasial 20 meter), Landsat 5 (30 meter), Landsat 4 (30 meter), serta banyak lainnya. 

Pengklasifikasian citra satelit berdasarkan tingkat resolusi spasial tersebut, dibuat berdasarkan ketersediaan citra satelit yang tersedia saat ini, dan bukan berdasarkan standardisasi yang dibuat oleh sebuah badan.

 

Oleh karenanya klasifikasi ini bersifat dinamis, karena melihat tingkat ketersediaan citra satelit yang tersedia. Boleh jadi di masa mendatang, terdapat banyak citra satelit dengan resolusi spasial lebih tinggi lagi misalnya citra satelit dengan resolusi spasial 0.1 meter, yang membuat range resolusi spasial yang termasuk ke dalam citra satelit resolusi sangat tinggi menjadi berubah.

 

Selain itu, pengklasifikasian ini sendiri bersifat subjektif, karena tidak ada standardisasi terkait hal ini. Oleh karena itu, jangan heran nantinya jika pada tulisan lain terdapat perbedaan range tingkat resolusi spasial pada sebuah kelas klasifikasi. Misalnya pada tulisan lain mungkin yang masuk dalam kategori citra satelit resolusi menengah yaitu citra satelit yang mempunyai resolusi spasial dari 5 meter hingga 10 meter.

 

Namun sebagai patokan dalam melakukan klasifikasi ini sendiri, kita dapat melihat berbagai literatur yang menyebutkan bahwa citra satelit dengan resolusi spasial di bawah 1 meter, termasuk ke dalam kelas citra satelit resolusi sangat tinggi. Berangkat dari literatur tersebut, kita dapat mulai melakukan klasifikasi dari citra satelit resolusi sangat tinggi, sebelum beranjak melakukan klasifikasi pada kelas resolusi spasial lainnya.

Citra satelit yang dihasilkan oleh satelit dengan sensor pasif sendiri memiliki kelemahan. Pemanfaatan gelombang elektromagnetik pada spektrum cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared) oleh sebagian besar satelit dengan sensor pasif, tidak dapat “menembus” awan, sehingga keberadaan awan akan ikut terekam (jika terdapat awan ketika satelit melakukan perekaman di sebuah wilayah).

 

Keberadaan awan tersebut akan menutupi objek-objek yang terdapat di bawah awan tersebut, sehingga akan mengurangi informasi yang dapat diperoleh dari sebuah data citra satelit.

 

Namun dengan teknik pengolahan serta teknologi software pengolahan citra satelit yang semakin berkembang, keberadaan awan baik awan tipis seperti kabut, asap, dan lain sebagainya, serta awan tebal, dapat direduksi atau bahkan dihilangkan sama sekali.

 

Selain itu, kita juga dapat menggunakan citra satelit yang berada pada band Short Wave Infra Red (SWIR) seperti yang terdapat pada Citra Satelit WorldView-3, untuk mengetahui objek yang tertutupi oleh awan, seperti contohnya dapat dilihat di bawah ini:

 

Citra Satelit dari Satelit Sensor Aktif

Berbeda dengan satelit sensor pasif yang mengandalkan sumber tenaga dari luar, maka satelit dengan sensor aktif memiliki sumber tenaga sendiri.

 

Sekarang ini, sebagian besar satelit dengan sensor aktif menggunakan gelombang elektromagnetik pada spektrum gelombang mikro sebagai sumber tenaganya.

 

Terdapat dua teknik yang saat ini dikenal dalam perekaman menggunakan gelombang mikro, yakni teknik perekaman menyamping (Synthetic Aperture Radar), dan teknik perekaman dari dua posisi atau waktu yang berbeda pada satu area perekaman (Radar Interferometri).

 

Contoh satelit yang menggunakan sensor Synthetic Aperture Radar (SAR) antara lain Radarsat-1, Radarsat-2, European Remote-sensing Satellite-1 (ERS-1), Almaz, serta banyak lainnya.

 

Sedangkan contoh satelit yang menerapkan teknik radar interferometri yang paling terkenal adalah Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) dengan citra yang dihasilkan mempunyai resolusi spasial 30 meter, yang telah kita nikmati data tersebut secara gratis selama ini.

 

Satelit dengan sensor aktif dengan penggunaan gelombang mikro ini dapat menghasilkan citra yang bebas dari awan, karena dengan panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan yang digunakan satelit dengan sensor pasif, gelombang mikro dapat “menembus” awan.

 

Teknologi lain yang saat ini digunakan sebagai sumber tenaga aktif pada wahana penginderaan jauh yakni tekonologi Light Detection and Ranging (LiDAR), yang menggunakan pulsa laser dalam merekam suatu wilayah.

 

Kelebihan penggunaan sumber tenaga yang berasal dari wahana itu sendiri yakni waktu perekaman yang dapat dilakukan kapan saja, bisa siang dan malam hari, karena sumber tenaganya tidak tergantung di luar wahana seperti dari sinar matahari yang tersedia hanya pada siang hari.

 

Misi utama penggunaan satelit sensor aktif sendiri lebih ditujukan untuk mendapatkan data topografi di permukaan bumi, yang diperoleh dari hasil pengolahan lebih lanjut dari citra radar seperti contohnya pengolahan citra TerraSAR-X yang menghasilkan data Digital Elevation Model (DEM) WorldDEM yang mempunyai resolusi spasial 12 meter.

 

Batasan Penggunaan Citra Satelit di Google Earth

Citra satelit yang terdapat pada Google Earth dan juga Google Maps, dan layanan sejenisnya seperti Bing, dapat kita akses dengan gratis.

Namun walau dapat kita gunakan secara cuma-cuma, terdapat batasan penggunaan citra satelit yang terdapat pada aplikasi tersebut. Citra satelit yang berada Google Earth, Google Maps, atau Bing, tidak dapat kita gunakan untuk kepentingan komersial, seperti misalnya menggunakannya untuk film atau iklan komersial yang ditayangkan di bioskop, televisi, serta berbagai media lainnya, menggunakannya untuk kepentingan projek-projek pemetaan komersial serta berbagai projek komersial lainnya.

 

Sedangkan untuk penggunaan pribadi, seperti menunjukkan alamat rumah kita, lokasi pernikahan kita, kegiatan sosial kemanusiaan, serta beragam kepentingan lain yang bukan bersifat komersial, maka citra satelit yang terdapat Google Earth, Google Maps, dan Bing, dapat kita gunakan.

 

Oleh karena itu, mari kita menggunakan dengan bijak sesuai peruntukannya data citra satelit yang terdapat pada Google Earth, Google Maps, dan Bing, supaya tidak berurusan dengan hal yang melanggar ketentuan.

 

Untuk informasi lebih lengkap terkait batasan penggunaan citra satelit pada aplikasi Google Earth, Google Maps, dan Street View, dapat dilihat pada link berikut:

 

https://www.google.com/permissions/geoguidelines/

 

 

Cara Memperoleh Citra Satelit

Dengan terbatasnya penggunaan Google Earth dan aplikasi sejenisnya, lalu bagaimana jika kita memerlukan citra satelit untuk kepentingan komersial?.

 

Beberapa citra satelit resolusi menengah dan rendah dari satelit sensor pasif, seperti citra satelit dari Program Landsat (Citra Satelit 1-8), Citra Satelit Sentinel-2A dengan resolusi spasial 10 meter, ataupun data citra satelit dari satelit sensor aktif seperti SRTM, serta beberapa data citra satelit lain, dapat kita peroleh secara gratis.

 

Sedangkan untuk citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi, seluruhnya merupakan citra satelit berbayar. Sebagai contoh, untuk citra satelit resolusi sangat tinggi yang paling dikenal saat ini yaitu citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies seperti Citra Satelit WorldView-4 (resolusi spasial kelas 0.3 m), WorldView-3 (0.3 m), WorldView-2 (0.5 m), WorldView-1 (0.5 m), GeoEye-1 (0.5 m), QuickBird (0.6 m), dan Ikonos (1 m), serta dari perusahaan Airbus Defence & Space dengan satelit kembarnya yakni Satelit Pleiade-1A dan Satelit Pleiades-1B dengan resolusi spasial kelas 0.5 meter.

 

Untuk memperoleh data citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi, atau ingin mendapatkan hasil pengolahan data citra satelit resolusi menengah dan rendah, untuk beragam kepentingan, Anda bisa memperolehnya di Map Vision

 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penjualan, dan atau yang disertai pengolahan serta mapping di Map Vision, Anda dapat klik link berikut ini:

https://citrasatelit.wordpress.com/jual-citra-satelit/

Kesimpulan

Dari postingan yang telah diuraikan di atas, dapat kita ketahui bahwa:

 

·         Citra satelit adalah gambaran permukaan objek-objek di permukaan bumi menggunakan sebuah wahana satelit yang berada ratusan kilometer dari paras bumi;

·         Citra satelit untuk satelit sumber daya alam dihasilkan dari satelit dengan sumber tenaga alami menggunakan gelombang elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari dan biasa disebut juga dengan satelit sensor pasif, dan yang dihasilkan dari satelit dengan sumber tenaga buatan yang berasal dari wahana satelit itu sendiri yang biasa disebut juga dengan satelit sensor aktif;

·         Citra satelit yang terdapat pada Google Earth, Google Maps, Bing, dan berbagai aplikasi sejenis, hanya diperuntukkan untuk kepentingan personal dan bukan untuk komersial;

·         Untuk memperoleh data citra satelit kepentingan komersial, maka harus dibeli pada perusahaan-perusahaan penjual citra satelit.

 

***

 

Sekian postingan mengenai citra satelit. Jika postingan ini bermanfaat, silahkan share di media sosial Anda, supaya kawan dan orang lain tahu mengenai informasi ini. Jika ada yang hendak ditanyakan, silahkan bertanya di kolom komentar.

 

Referensi:

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Penerbit ANDI

 

 

 

 

 

 

 

Komentar